Ngaca dulu deh…


Ngaca dulu deh, ngaca dulu deh
Ngaca ngaca dulu deh

Penggalan lagu karya Eka Gustiwana tersebut mungkin tidak bermakna apa-apa bagi kita yang hanya mendengarkan penggalan itu saja. Dari judulnya saja sudah pasti itu lagu “hiburan” namun ketika kami mendengarkan lagu tersebut sampai detik terakhir, kami sadar bahwa lagu tersebut memiliki arti yang cukup kuat. Dalam artikel kali ini, teman-teman Dimensi ingin menceritakan sebuah kisah yang paling menarik. Harap disimak ya!

Sebut saja keluarga A, sebuah keluarga yang tinggal di sebuah perumahan yang sudah cukup lama ia tempati. Dari dulu A dan keluarganya cukup pendiam dan tidak pernah terlalu akrab untuk bergaul dengan tetangga-tetangganya.

Suatu saat, keluarga menghebohkan seisi komplek perumahan dengan karya yang mereka buat, yaitu lukisan kehidupan di kompleknya saat ini. Hal tersebut membuat para tetangganya penasaran dan datang untuk melihat. Tidak sedikit ternyata yang memberikan apresiasi atas hasil karya yang mereka buat. Namun, tidak sedikit pula yang berkata bahwa karya mereka terlalu frontal dan menusuk. Sampai akhirnya kabar ini terdengar oleh B, salah satu orang yang cukup dihormati di komplek perumahan itu. Ia dipercaya bisa memberikan panutan atau contoh yang baik bagi orang banyak dan yang terpenting, ia cukup dipandang dari segi kewibawaannya. B yang awalnya diam-diam saja dengan karya lukisan tersebut ternyata bersikap terlalu jauh dibandingkan dengan orang-orang yang mengkritik terlalu frontal tersebut. Ia menyelinap masuk kedalam rumah keluarga A dan mengambil lukisan tersebut dan mengirimnya ke suatu tempat yang tidak diketahui orang lain. Ada yang berpendapat bahwa B merasa lukisan tersebut terlalu terang-terangan. Keluarga A yang awalnya menaruh respect terhadap B menjadi sakit hati akan tindakan B yang tanpa seijin mereka mengambil hasil karya mereka. Bahkan lebih parahnya lagi, tidak ada satu kata minta maaf pun yang keluar dari mulut B atas tindakannya yang sudah memasuki halaman rumah orang lain tanpa ijin. Ya memang walaupun lukisan tersebut menuai kontroversi dan mungkin saja B takut bahwa kompleknya dibilang jelek oleh orang luar yang menurut kami sangat diperlukan juga untuk menjaga sebuah citra, namun alangkah baiknya ketika B meminta maaf atas tindakannya tersebut.
Dari cerita diatas, keluarga A memang sudah tidak memerlukan permintaan maaf lagi karena mereka berpikir yang lalu biarlah berlalu dan yang terpenting, kejadian tersebut tidak membuat keluarga A putus semangat untuk terus berkarya.
Dari cerita kami diatas, yang ingin kami sampaikan adalah betapa pentingnya kita bercermin pada diri sendiri sebelum kita memberikan contoh kepada orang lain. Kita mengajarkan orang lain untuk ber-etika, namun kita sendiri masih lupa akan apa arti dari etika tersebut. Seperti lagu tersebut, itu bukanlah sebuah sindiran semata, itu sebuah tamparan untuk menyadarkan kita agar bercermin terlebih dahulu sebelum mengajarkan orang sesuatu.
Jadi, yuk kita sama-sama jaga attitude kita dengan baik agar bisa menjadi contoh untuk sesama. Bukankah kita menginginkan orang yang mejadikan kita panutan lebih baik dari kita? (dimensi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *