Cerita Saat Kelas

Kemaren saat saya mengajar kelas statika untuk mahasiswa semester 2. Saya membuat empat soal yang masing-masing berisi vektor miring dengan sudut tertentu untuk diuraikan ke sumbu x dan sumbu y. Kemudian saya panggil empat mahasiswa dari angkatan 2016 dimulai dari mahasiswa yang memiliki NRP paling besar. Setelah itu ternyata keempat mahasiswa tersebut tidak bisa mengerjakan soal tersebut sama sekali. Kemudian saya suruh mereka keluar kelas.

Saya panggil lagi empat mahasiswa berikutnya, kali ini yang memiliki NRP  lebih kecil, walau masih ratusan besar NRP nya. Saat itu mulai ada yang bisa menguraikan soal tersebut, tapi masih salah dalam menentukan mana yang sinus dan mana yang cosinus. Mereka pun tetap saya suruh keluar kelas juga.

Baru ketika saya panggil mahasiswa dengan NRP nya pada range  < 140, mahasiswa mulai ada yang bisa mengerjakan dengan benar soal tadi. Pikir saya mungkin inilah efek dari kebijakan ITS yang menerima dengan kuota 30% mahasiwa baru (maba) lewat jalur Program Kemitraan dan Mandiri (PKM) pada tahun 2016 ini. Dimana sebelumnya ITS hanya menerima mahasiswa melalui jalur PKM dengan kuota 20℅. Padahal secara keuangan kita ( ITS ) masih bisa menerima remunerasi yang cukup. Tapi mengapa secara kualitas input yang diobral. Jadinya yang susah adalah dosen-dosen yang mengajar di kelas.

Atau mungkin itu maksudnya, dengan remunerasi  yang diperbesar. Jadi, jika mendapat kualitas input yang jelek, ya itu tolong dibantu oleh dosennya. Kalo dosen kelas pun tidak bisa membantu, ya pengelola yang mbantu….

Kalo begini terus dibiarkan, mungkinkah ITS akan “kukut” 10 tahun lagi………..

 

Alief Wikarta, ST., M.Sc., Ph.D.

Dosen Departemen Teknik Mesin FTI-ITS

One thought on “Cerita Saat Kelas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *