Cerita Lampu Taman tentang Kartini

 

Di tengah rindang taman sore hari itu
Pernah aku melihatmu
Dengan pena digenggaman
Buku tebal terbuka lebar, kertas-kertas
Pun tak lupa kalkulator di atas mejamu

Bahkan hingga setelah senja dan menuju tengah malam pun
Aku masih melihatmu ada di sana
Masih dengan pena, buku tebal, dan kalkulator
Berkutat dengan hitungan-hitungan
Yang entah serasa tiada habis

Di tengah rindang taman sore hari itu
Masih dengan pena, buku tebal, dan kalkulator,
Berhiaskan binar mentari sore hari
Kau tampak mengagumkan dengan itu semua
Sesuatu yang biasa namun istimewa
Membuatku bertanya,
Itukah pancaran cahaya yang lahir dari keindahan akal budi manusia ?

Kulihat,
Rambut-rambut hitam panjang yang digelung ke atas seadanya
Pun jilbab-jilbab sederhana yang membingkai wajah anggun tanpa pulasan istimewa
Meski malam terkadang menggerus semangatmu
Dan lelah mencairkan keringat-keringat di wajahmu
Kau tak pedulikan itu,
Asalkan apa yang ada di depanmu,
Hitungan-hitungan yang menyebalkan itu, tuntas kau tamatkan
Satu langkah kecil untuk mimpi-mimpi besarmu

Iya, sungguh sederhana namun bersahaja
Bahkan lampu taman pun tau
Tentang dirimu dan kecantikan perjuanganmu

Maka berbahagialah engkau, Puan
Yang masih setia pada mimpi-mimpimu
Dan biarkan sang puteri sejati tersenyum lebar kepadamu
Biarkan cahaya serta keharuman namanya sampai kepadamu

Tiada terang yang berkilau seperti fajar
Pun tiada fajar yang lebih berkilau,
tanpa kehadiran pemilik keindahan akal budi sepertimu

Karna kau lah..
Satu bagian dari sang tumpuan bangsa

Karna engkau lah..
bibit-bibit kartini masa kini.

~NR

2 thoughts on “Cerita Lampu Taman tentang Kartini

Leave a Reply to Herman Sahdi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *