Dagang vs Desain

Berawal dari sebuah kuliah Elemen Mesin I oleh seorang dosen panutan bagi mahasiswa Teknik Mesin.

Desain merupakan pelajaran terpenting bagi mahasiswa Teknik Mesin. Desain itu belajar mengenai menganalisa dan merancang, selebihnya memproyeksikan kebutuhan menjadi nyata lalu terpenuhi. Dan mahasiswa Teknik Mesin memiliki kemampuan dasar tersebut. Menganalisa kebutuhan, memilih bahan dasar peralatan, mengkalkulasikan efisiensinya, membuat detail sesuai kalkulasinya, menguji kelayakannya, menghitung biaya terbaik untuk dikeluarkan, hingga memproduksi secara masal desain itu sendiri. Dengan desain kini Indonesia mencoba selangkah lebih maju, lihat electric vehicle (Gesits). Tanpa adanya desain menyeluruh tak mungkin berhasil dibuat satu.

Dalam melaksanakan proses desain dibutuhkan prosedural. Hal tersebut sedikit dijelaskan di atas. Selebihnya biasa dipahami oleh mahasiswa di text book-nya sendiri. Pada Machine Design oleh Deutschman terdapat di halaman 3, penulis sendiri tertarik pada bagian prosedur Research and Development. Karena biasanya hal tersebut yang menjadi kendala para intelektual desain dalam prosedural pelaksanaan. Tersandung oleh kebijakan birokrasi lembaga atau bahkan pemerintah untuk skala nasional misalnya. Wajar, untuk RnD yang spesifik membutuhkan gelontoran dana yang besar.  Dan menurut penulis fenomena penghambat itu umum, sebut saja sifat kelembaman manusia yang telah sejahtera dengan apa yang dimilikinya. Sehingga untuk mengeluarkan dana modal RnD yang sejatinya dapat menjadi awal kemajuan negara sendiri dinilai terlalu beresiko (untuk kesejahteraannya).

[RnD : proses riset teknologi secara menyeluruh serta proses pengembangannya secara sustain]

Ditambah lagi, kebanyakan dari kita lebih memilih mengkonsumsi dari pada membuat. Dimisalkan birokrasi dan pemerintahan yang terkadang dan kebanyakan sangat menyukai perihal mengimpor teknologi dibanding menyokong kemajuan desain dalam negeri sendiri. Lagi-lagi penulis bisa contohkan lewat : Electric Vehicle (mobil listrik).

Sadarkah kita sebagai mahasiswa Teknik yang diajarkan bagaimana mendesain namun dalam dunia pekerjaan mengesampingkan ilmu yang telah kita peroleh. Maksudnya adalah ketika kita hanya hadir dalam korporasi sebagai pekerja yang dituntut mengelola mesin dengan perhitungan ekonomis. Biasanya kita diberikan jalan dengan menganalisa dan dilanjut membaca katalog, untuk sebagian problematika pada korporasi yang bergerak pada bidang desain dan perawatan. Akhirnya, ilmu desain sebagian besar hanya tinggal kenangan. Katalog, katalog, katalog. Katalog yang bahkan isinya bukan hasil desain rakyat sendiri. Dihadapkan pada pilihan antara teknologi A, B, dan C dalam katalog. Padahal yang dibutuhkan adalah D. Hasilnya, kita hanya bisa memilih C, sebagai barang yang paling representatif terhadap D. Itu yang sebagian besar lulusan kita lakukan.

Desain, desain, desain. Dengan mendesain kita bahkan bisa membuat D, yang nyata dan kita butuhkan. Sebagai barang paling sempurna. Ini hanya dilakukan sebagian kecil lulusan kita.

Serumit itukah desain? Jika generasi instan yang berhak menjawab, maka jawabannya “iya”. Semudah itukah berdagang? Jika generasi instan yang berhak menjawab, maka jawabannya “iya”.

Saat kelas tiga minggu lalu, sang dosen bertanya bagaimana korelasi antara mahasiswa mesin sebagai pribadi dengan keilmuan desain dengan pekerja yang juga lulusan jurusan teknik mesin namun hanya bekerja sebagai pembaca katalog dan pemilih barang. Jawaban penulis saat itu adalah bahwa fenomena itu wajar. Harus seperti itu bahkan (mencoba antithesis dengan kapitalis). Karena jika semua mendesain, siapa yang menjual hasil desain lulusan lainnya? Tidak ada sistem yang membuat untung-rugi di sana. Padahal perekonomian dunia saat ini dikendalikan dengan cara tersebut (yang satu ini tidak dikatakan).

Tapi semua terbantahkan dengan pernyataan : Barat memegang Desain maka Barat-lah yang maju, sedangkan kita memegang katalog maka kita mungkin tak kan maju.

Bukan benar-benar pernyataan sang dosen, tapi simpulan penulis dari kuliah hari itu.

 

~Yusuf, 2015, Teknik Mesin ITS.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *