COP26 GLASGOW (Mimpi dunia bersih yang masih dimimpikan)

 

The 26th UN Climate Change Conference of the Parties (COP26) in Glasgow, merupakan konferensi dalam menghadapi perubahan iklim yang dihadiri oleh kurang lebih hampir 40.000 orang menurut dokumen yang diterbitkan oleh penyelenggara, Selasa (2/11/2021).

Konferensi ini pada akhirnya disetujui oleh 190 negara dalam menghentikan penggunaan batu bara, namun 4 negara besar yaitu Australia, India, Cina, dan Amerika tidak bisa menandatangai perjanjian tersebut. Hal ini terjadi karena keempat negara tersebut merupakan negara yang sangat bergantung dengan batu bara. Menteri Bisnis dan Energi Inggris, Kwasi Karteng mengatakan bila penggunaan batu bara di dunia telah memasuki masa akhirnya.

Hal itu karena negara dan organisasi yang sepakat dengan perjanjian tersebut untuk berhenti dan mengakhiri semua investasi terhadap pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara. Bahkan, negara-negara ekonomi utama telah sepakat untuk menghentikan operasi PLTU batubara bara baik luar maupun dalam negeri sekitar tahun 2030-an. Sedangkan, negara-negara miskin akan mulai mengakhiri penggunaan batu bara pada tahun 2040-an.

Namun dalam hal ini tidak dipungkiri bahwa batu bara merupakan sumber energi yang murah dan fasilitas yang diperlukan dalam pembangunan proyek pada industri energi maupun manufaktur, tergolong mudah jika dibanding dengan sumber energi bersih.

World Coal Institute memproyeksikan pada satu dekade lalu bahwa batubara akan kembali menjadi sumber energi utama di masa depan (lihat Gambar dibawah) Ilustrasinya mungkin tidak sepenuhnya up-to-date mengingat revolusi shale gas Amerika Utara beberapa tahun belakangan, dan pengembangan energi terbarukan yang jauh lebih cepat. Namun, jelas menunjukkan masa lalu dan juga masa depan energi, dengan prediksi bahwa batu bara akan menggantikan minyak sebagai bahan bakar terpenting untuk energi primer. Juga menunjukkan bahwa permintaan listrik di masa depan sebagian besar akan dipenuhi oleh batu bara sebagai bahan bakar, setidaknya untuk beberapa dekade mendatang.

Perkiraan Ketersediaan Energi Tahun 2100 Sumber: World Coal Institute, www.wci-coal.org

Dalam hal ini, diprediksikan memang batu bara masih akan menjadi energi utama seiring dengan perkembangan EBT (Energi Bersih Terbarukan) yang ditargetkan untuk menjadi energi primer di tahun 2040.

Batu bara telah sangat penting untuk membawa jutaan orang keluar dari kemiskinan, contohnya di India dan Cina selama dua dekade lalu. Membangun sekolah dan jalan, menyalakan desa, kota dan pusat komersial, memasok makanan dan mempertahankan produksi — semua ini tergantung pada energi yang tersedia. Antara 2004 dan 2011, jumlah orang miskin di India turun dari lebih dari 400 juta menjadi 270 juta. Selain itu, India akan menambah 400 juta orang selama 30 tahun ke depan membuat total kebutuhan listrik yang 700 juta.

Sejak India merdeka dari Inggris, harapan hidup di negara menjadi dua kali lipat. Pada 2013, India memberantas momok polio. Semua ini adalah cabang dari pembangunan berbahan bakar batubara. Tentu saja, masih banyak yang harus dilalui. Memang tidak dapat diterima bahwa di abad ke-21, jutaan orang India masih hidup di bawah kemiskinan garis dan seperempat dari penduduk masih hidup dalam kegelapan, tanpa listrik.

Sehingga, selain berfokus dalam menggantikan secara langsung batu bara di dunia, alangkah baiknya dalam beberapa tahun mendatang dilakukan pembenahan fasilitas batu bara yang masih beroperasi untuk mengurangi dampak polusi dari batu bara itu sendiri sekaligus dalam rangka menyiapkan alternatif energi yang lebih bersih.

 

-Rofif

Sumber gambar dari buku Lars Schernikau, Economics of the International Coal Trade Why Coal Continues to Power the World, Second Edition

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *