Badai Pasti Berlalu, Namun Kapan?

Ilustrasi Kapal yang Menerjang Badai

“Badai pasti berlalu”. Kata yang selalu terucap disetiap kalimat penyemangat ketika seseorang mengalami titik terendah dalam hidupnya. Aku juga mengamini kalimat ini sebagai penyemangat agar diri tak tumbang. tumbang karena diri belum mampu menerima pahit dan kerasnya kehidupan.

Perlu kita ketahui bahwa setiap kapal yang menempuh badai, belum tentu selamat di ujung pantai. Bisa jadi kapal rusak karena terjangan ombak dan berlabuh dengan keadaan setengah karam. Bisa jadi kapal karam di tengah lautan dan tak sempat bertemu indahnya pelangi di akhir pelayaran. Semua itu sangat tidak pasti.

“Badai pasti berlalu”. Namun kita juga harus siap sedia ketika badai itu tiba. Butuh kecakapan dan logistik terbaik yang bisa menghadapi badai. Walaupun kemungkinan untuk selamat masih kecil. Akhirnya, hanya harapan dan keberuntungan yang dapat memastikan kapal masih tetap tegak berdiri mengarungi luasnya lautan.

Orang-orang kadang menganggap bahtera yang kita misalkan sebagai dirinya ini, siap disegala kondisi terburuk yang akan terjadi. Mereka lupa bahwa kehidupan itu ibarat lautan, menyimpan sejuta misteri yang tak bisa ditebak. Kehidupan itu terlalu abstrak untuk dideskripsikan dengan kata-kata dan terlalu samar untuk ditilik dengan mata. Kita terlalu terbatas dalam memprediksi laut kehidupan.

Karena keterbatasan ini, kita akhirnya paham akan nilai yang ada dalam diri. Maka setiap pelayaran yang panjang perlu persiapan yang matang. Perlu berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, mungkin juga bertahun-tahun untuk persiapan sebelum keberangkatan.

Namun persiapan tak harus selalu di awal keberangkatan. Disaat hati sudah merasa kesal dan marah terhadap lautan. Maka kita cenderung memilih untuk berhenti dan menyerah ditengah perjuangan yang masih panjang. Mreka lupa akan tujuan awal sebelum berlayar. Lupa dengan idealisme yang kita coba pegang sebelum berlayar, namun lepas ketika ombak menghadang.

Tak salah untuk menepi sejenak untuk mempersiapkan bekal yang baru dan teknik yang matang sebelum berlayar kembali. Tak salah untuk memperbaiki kapal yang rusak, karena setiap kita pernah membuat kesalahan dalam pelayaran. Yang salah adalah ketika kita tau bahwa bekal kurang dan kapal sudah rusak, tetapi tetap memaksakan diri untuk terus berlayar.

Tak ada pelayaran tanpa tujuan. Tanpa tujuan, kapalmu akan terombang ambing di tengah luasnya samudera kehidupan yang tanpa ujung ini. Tak tau akan berakhir dimana, Dermaga mana akan berhenti dan pulau mana yang akan ditapaki. Itu semua akan sangat-sangat samar jika berlayar tanpa tujuan.

Pada akhirnya, tujuan dari pelayaran yang panjang adalah untuk pulang. Tak peduli sejauh apa kau berlayar, tak peduli negeri mana yang kau tapaki. Pada akhirnya pulang adalah tujuan akhirnya. Pulang ke setiap rumah yang kau sebut dengan impian. pulang ke rumah yang engkau sebut dengan harapan. pulang ke rumah yang engkau sebut dengan surga.

Badai pasti berlalu, Tetapi aku tak tau berapa kali badaikan ku lalui.

 

Fachri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *