FTIRS Maju Apabila Bersatu

Logo BEM FT-IRS

Organisasi Mahasiswa yang dapat disingkat dengan sebutan Ormawa merupakan tempat berkembang mahasiswa yang memiliki ketertarikan kepada sistem yang tersistematis yang disebut sebagai organisasi. Setiap orang memiliki ketertarikan dan pertimbangan yang berbeda dalam memilih ormawa yang terdapat di KM ITS. Mulai dari tingkat departemen seperti Himpunan Mahasiswa Departemen (HMD), tingkat fakultas seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) tingkat Fakultas, tingkat institut seperti BEM ITS, UKM, dan masih banyak lagi macam-macam ormawa dari berbagai tingkat tersebut. Dari sekian banyak ormawa yang terdapat di KM ITS, saya memilih untuk turut berkontribusi lebih pada ranah fakultas. Dan pilihan saya jatuh kepada BEM FTIRS ITS.

VIVAT FTI! FTI bersatu, ITS maju! merupakan salam yang mempersatukan seluruh warga FTIRS. Namun sayangnya makna dari salam tersebut kurang diaplikasikan dalam kehidupan dari mahasiswa FTIRS itu sendiri. Adanya arogansi dari masing-masing HMD seakan-akan membuat adnya kesenjangan dari antar HMD. Arogansi sendiri sebenarnya dapat dihilangkan dengan cara meningkatkan rasa kekeluargaan sebagai satu kesatuan dari keluarga mahasiswa FTIRS. Selain dikarenakan kurangnya rasa kekeluargaan dari antar HMD di FTIRS, alasan saya bergabung dengan BEM FTIRS ITS dikarenakan diri saya sendiripun sebagai mahasiswa FTIRS merasakan banyak kerasahan yang perlu dibenahi dari BEM FTIRS itu sendiri. Mungkin dari hal yang mendasar seperti waktu. Mungkin Terdengar sederhana, namun waktu merupakan hal yang sangat berharga dan tidak dapat diulang. Hampir semua klegiatan yang diselenggarakan oleh BEM FTIRS yang berdasarkan jadwal tidak pernah in time bahkan on time sekalipun. Sebagai contoh, terlampir pada jadwal bahwa acara mulai jam 8 pagi, namun nyatanya ketika seluruh peserta dari mahasiswa FTIRS sudah hadir tepat waktu pada jam 8 pagi, nyatanya acara tersebut baru dimulai jam 9 pagi. Hal tersebut akhirnya menjadi suatu budaya molor yang tercipta di BEM FTIRS ITS bahkan pada KM ITS sekalipun. Menurut saya, kurang seimbangnya antara sistem keprofesionalitas dan kekeluargaan yang masih belum seimbang dan berat sebelah merupakan penyebab dari budaya molor atau dapat dikatakan kurang menghargai waktu yang terdapat pada lingkungan BEM FTIRS ITS bahkan KM ITS.

Ketidakseimbangan dari sistem keprofesionalitas dan kekeluargaan tersebut terjadi dikarenakan sistem yang kurang mumupuni seperti, tidak ada atau kurang ditegaskannya sanksi apabila terlambat pada aturan tertulis. Apabila terbentuk suatu sistem yang sistematis dan tertulis, seperti adanya sanksi apabila melanggar, tetap mengedepankan sistem keprofesionalitas yang dibalut oleh sistem kekeluargaan yang seimbang tanpa berat sebelah maka saya yakin bahwasannya BEM FTIRS ITS dapat melakuakan berbagai macam langkah progresif kedepannya dengan lebih baik lagi. Karena semua rencana maupun langkah yang akan dituju tidak akan berdampak signifikan apabila kurang menghargai dan peka akan waktu. Terdengar sederhana, namun itulah hal mendasar yang penting, itulah yang disebut dengan waktu. Bagimana menghargai dan memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.

Pada saat menjalani proses PMT tersebut, saya melihat dari sudut pandang HMM bahwa kurang adanya transparansi dari BEM FTIRS ITS terhadap HMM ITS. Dalam kondisi tersebut yang dialami adalah kurangnya transpansi timeline, sehingga terjadinya jadwal yang bertabrakan yang menyebabkan adanya kurangnya harmonisasi hubungan dari BEM FTIRS dengan HMM ITS. Dengan adanya hubungan kekeluargaan tentunya akan menimbulkan efek positif untuk kemajuan FTIRS itu sendiri. Kian hari transparansi dari BEM FTIRS ITS terhadap para HMD semakin terasa dan BEM FTIRS OKTAN perlahan-lahan sudah mulai mewujudkan hal tersebut. Saya sendiri melihat kolaborasi yang baik dari kami sebagai staff dari Departemen Dalam Negeri dengan Depertemen Minat Bakat yang terdapat pada masing-masing HMD dalam bermusyawarah dan saling memberi masukan untuk turut menyukseskan program kerja yang diselenggarakan oleh Departemen Dalam Negeri BEM FTIRS ITS yaitu Red Olymipic Games x Virtual Art Exhibition. Dengan adanya transparansi, mengakui kekurangan dan saling memberi kritik maupun saran yang membangun, saya yakin bahwa FTIRS dapat lebih maju lagi. Dan pada akhirnya kunci dari suatu hubungan harmonisasi adalah komuikasi efektif.

Komunikasi efektif sendiri dapat terjadi apabila pesan yang dikirim oleh komunikator atau sender dapat diterima dengan baik (menyenangkan, aktual atau nyata) oleh komunikan atau receiver yang kemudian penerima pesan menyampaikan kembali bahwa pesan telah diterima dengan baik dan benar yang artinya ada komunikasi dua arah atau timbal balik antara sender dan receiver. Lima aspek yang harus dipahami dalam melakukan komunikasi efektif ialah clarity, accuracy, contex, flow, dan culture4. Tak hanya dengan para HMD, namun komunikasi efektif juga sangat dibutuhkan dalam internal BEM FTIRS itu sendiri. Pandemi merupakan suatu tantangan berat dimana terjadinya alur komunikasi yang kurang efektif. Bahkan banyak dari kami sesama staff yang belum pernah bertemu secara langsung. Terlebih lagi dengan staff antar departemen yang belum pernah bekerja sama dalam suatu program kerja. Maka dari itu, dengan ditingkatkan komunikasi dengan mengedepankan lima aspek dalam komunikasi efekif akan menjadikan BEM FTIRS yang lebih komunikatif, progresif, dan berdampak positif bagi sesama baik dari lingkup FTIRS bahkan ITS. VIVAT FTI! FTI bersatu, ITS Maju!

-Rafli

  1. Lestari dan Maliki. 2006. Komunikasi yang Efektif. Modul Prajabatan Golongan. (3) : 394

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *